Sabtu, 24 Maret 2012

CHF


belum lengkap dappusnya :)

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang  masalah
Gagal jantung adalah  keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak bisa memenuhi kebutuhan darah untuk memetabolisme ke seluruh jaringan. ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah relative dari kebutuhan metabolik tubuh, menurut nurhadi,2003 arti gagal di tujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan.
Gagal jantung kongestif ( congestif heart failure ) adalah ketidak mampuan jantung memompa keseluruh tubuh.resiko CHV akan meningkat pada orang yang sudah lanjut usia karena sudah ada penurunan fungsi vertikel akibat penuaan. CHV ini dapat menjadi kronis apa bila di sertai dengan penyakit lain di antaranya : hipertensi, katub jantung,kardiomiopati,dan lain sebagainya.
Pada saat ini penyakit CHV congestifheart failure atau biasa di sebut dengan gagal jantung kongestif merupakan penyakit kardiovaskuler yang selalu meningkat insiden dan prevalensinya.
Masalah kesehatan penyakit kardiovaskuler setiap tahun meningkat menurut data WHO di laporkan bahwa sekitar 3000 penduduk amerika menderita CHV, sedangkan dilaporkan dari data WHO tahun 2005 bahwa penduduk jawa tengah terdapat 520 jiwa orang menderita CHV.setiap tahun insiden ini akan meningkat pada orang lansia di atas umur 50 tahun.
Berdasarkan hal di atas bahwa penulis ingin membuat makalah dan menguraikan pengelolaan dan juga membuat asuhan keperawatan pasien dengan gagal jantung kongestif.

2.      Tujuan
1.      Tujuan umum
Dengan asuhan keperawatan mahasiswa mampu memecahkan kasus masalah penyakit CHV dengan benar
2.      Tujuan khusus
a.       Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pasien dengan masalah CHV
b.      Mampu merumuskan diagnose keperawatan dengan gagal jantung kongestif
c.       Mampu melaksanakan tindakan keperawatan gagal jantung kongestif
d.      Mampu merencanakan tindakan keperawatan gagal jantung kongestif


           

















BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian
Pengertiann CHF congestif heart failure atau di sebut juga gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolsme jaringan.ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama definisi gagal adalah relative terhadap kebutuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal di tujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan.gagal mio kardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.

Istilah gagl sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukan ketidak mampuan dari system kardiofaskuler untuk melekukan perfusi jaringan yang tidak memadai termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongestiif keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagak jantung kongestif perlu di bedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi,yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab di luar jantung, seperti transfuse yang berlebihan atau anuria.

2.      Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yng meningkatkan beban awal, beban akhir atau  menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal melipputi : regruritas aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfrak miokardium dan kardiomiopaati.
 Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
3.      patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemikàmengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif àkontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal  akibat aktivasi istem renin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad kerj ventrikel  dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung  maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.

4.      Penanganannya
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .

Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhana namun sangat tepat dalam  pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.

5.      pemeriksaan Diagnostik
 1.        EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia  kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2.         Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
3.         Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4.         Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
6.   Asuhan keperawatan
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidak mampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlanjut . gagal jantung selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
a.Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,    insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b.Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,  tanda vital berubah pad aktivitas
2.Sirkulasi
a.         Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b.         Tanda :
1)         TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2)         Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3)         Irama Jantung ; Disritmia.
4)         Frekuensi jantung ; Takikardia.
5)         Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6)         posisi secara inferior ke kiri.
7)         Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8)         terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9)         Murmur sistolik dan diastolic.
10)       Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11)       Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12)       kapiler lambat.
13)       Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14)       Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15)       Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting 
16)       khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
a.   Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b.   Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
b.  Tanda    : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema     (umum, dependen, tekanan dn pitting).

6. Higiene
a. Gejala: Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
b.  Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
7.  Neurosensori
a.  Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b.  Tanda: Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8.  Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
b.  Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9.  Pernapasan
a.  Gejala: Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b.  Tanda    : 1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
                         pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3)   Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
Gejala  : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial     
Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
a.  Gejala: menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
b.  Tanda: Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
13. Diagnosa keperawatan
1.  Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik,  Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik,  Perubahan structural, ditandai dengan ;
                 a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
                   gambaran pola EKG
                 b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
                 c. Bunyi ekstra (S3 & S4)
                 d. Penurunan keluaran urine
                 e. Nadi perifer tidak teraba
                 f. Kulit dingin kusam
                 g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.


Tujuan:
Klien akan :  Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia   terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
a.   Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b.  Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
c.  Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
d. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
e. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
 Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat  sesuai
     indikasi  (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan, kelelahan,  Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan /kriteria  evaluasi :
Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri,  Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi:
a.       Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
b.   Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c.   Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung  daripada kelebihan aktivitas.
d.   Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.

3.  Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3,  Oliguria, edema,  Peningkatan berat badan, hipertensi,  Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
 Tujuan /kriteria  evaluasi:
 Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema.,  Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a.  Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
b.  Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
c.  Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d. Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
e.  Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f.  Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
g.  Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang  memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

4.   Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran
      kapiler-alveolus.
Tujuan /kriteria  evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.

Intervensi :
a.  Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret  menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b.  Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
c.  Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
e.  Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5.  Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria  evaluasi
Klien akan : Mempertahankan integritas kulit,  Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.

















B AB III
KESIMPULAN
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. 
Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.









DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta  Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2,  Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.

Rabu, 07 Desember 2011

sekedar obrolan dengan teman saya di kedokteran


aku:
apa hubungan CRF dengan DM dan Hipertensi?
imam:
Chronic renal failure (CRF) dg DM
intinya ada pada retensi cairan
DM itu kan menyebabkan retensi cairan, penumpukan flltrat dll, yang akan membebani ren
sehingga ren akan mudah rusak
secara patofisiologis, hubungannya tergantung pada etiologinya. karena setiap etiologi punya mekanisme/patofis sendiri2
pertanyaannya, kmu mau yg etiologi apa ?
aku :
secara umum aja njol????
imam:
nek secara umum ya karena retensi cairan, jadinya tekanan tinggi dan filtrasi berlebihan
shgga nefronnya pada rusak